Bersama Rakyat, Anak Yatim Piatu Menuju Rote Ndao Satu

Kontributor : Toni Adang Editor: Johanes Henuk
TiiLangga.com
ph

ti’i langga.com-Rote Ndao-Setiap manusia tidak menginginkan untuk terlahir lalu mengemban status sebagai anak yatim piatu.

 

Dan setiap manusia tentu tidak pernah luput dan mengelak dari apa yang disebut takdir dan nasib. Keduanya merupakan ketetapan Tuhan tapi setiap manusia dapat merubahnya melalui perjuangan dan doa.

 

Dalam struktur sosial, kedua status ini sering dilihat sebelah mata dan tak pernah dianggap dalam segala hal.

 

Sebagaima ada tagline.bahwa  kehilangan seorang ayah maka kehilangan kehormatan, begitu pula kehilangan seorang ibu akan kehilangan kasih sayang,”.

 

Siapa yang berada pada titik ini, tentu akan menjalani dan mengalami banyak penderitaan dan pengorbanan, baik mental, fisik maupun phisykis.

 

Sehingga untuk mencapai puncak sebuah perubahan, tidak segampang membalikan telapak tangan. Karena pasti akan merasa seolah-olah tidak pernah ada keadilan Tuhan.

 

Maka seringkali kita ingin bertanya mengapa hal ini menimpah dan terjadi tetapi kepada siapa juga dan akankah hadir seseorang penolong.

 

Kesedihan, perih dan sakit tersimpan rapi di lubuk hati terdalam dan sering kali meluap menjadi air mata yang tanpa diketahui oleh orang lain mengalir dingin dikedua belahan pipi yang dihapus menggunakan telapak tangan sendiri.

 

Alam raya dan Sang Pencipta yang tak pernah tertidur dan mata yang tertutup menjadi saksi bisu perjalanan takdir dan nasib seseorang.

 

Hanya dengan harapan dalam pikiran positif bahwa waktu masih bergulir dan pasti akan tiba juga momentum itu di mana oleh Sang Pemilik Kehidupan, segera mengirim sejumlah, “malaikat kecil”,  yang merasa iba dan peduli mengulurkan “tangan” secara tulus dan ikhlas, penuh kebesaran cinta.

 

Kemudian perjuangan dan harapan pun baru dimulai melalui mereka. Bagai menaiki anak tangga, tapak demi tapak terus melangkah menuju harapan dan impian.

 

Bergelut dalam sekian proses, kemudian impian itu pun diraih dan semua yang pernah terjadi kini tinggal kenangan yang susah terhapuskan sampai kapan pun.

 

Liku-liku pahit manisnya kehidupan itu menjadi kekuatan untuk meraih impian dan cita-cita besar agar dapat membantu dan menolong orang lain yang senasib dan sependeritaan.

 

Dan lambat atau cepat waktu itu akan tiba supaya ada keadilan bagi orang kecil di mata sesama terutama Tuhan sebagai Pencipta.

 

Ulasan kalimat-kalimat di atas persis seperti dialami oleh Paulus Henukh, Salah satu Wakil Ketua DPRD Rote Ndao saat ini.

Baca Juga :  Misteri Siapa Yang Mendapatkan Empat Kursi Nasdem Hampir Mencapai Titik Terang

 

Publik Rote Ndao mungkin belum mengenal lebih “dalam”. sosok yang memiliki nama kren, “Bu Paul,” ini, bahwa dibalik tampilannya yang terkenal idealis dan prinsiphil serta tidak ada kompromi dengan hal-hal kezaliman terhadap hak-hak masyarakat kecil tersebut, ternyata menyimpan sejuta kisah tentang makna dan hakikih kehidupan.

 

Pria yang terlahir dari pasangan suami istri, Daniel Henukh, almarhum dan Paulina Henukh, almarhumah, merupakan anak ke-4 dari lima saudara, yakni; pertama, Adrianus Henukh, Kedua, Lodia Henukh, ketiga, Petrus Henukh, keempat, Paulus Henukh dan kelima Herman Henukh.

 

Begitu dilahirkan dan baru beranjak tiga tahun dan belum mengetahui apa apa, ibu kandungnya telah dipanggil pulang oleh Sang Pencipta. Tidak sampai disitu saja, dalam kurun waktu satu tahun pula, ayahnya juga menyusul.

 

Rentetan kedua peristiwa itu ternyata tidak hanya memiluhkan hati Bu Paul dan saudara-saudarinya melainkan menjadi perhatian semua orang, terutama salah satu guru agama Kristen Protestan SD Inpres Aduoen Desa Boni Kecamatan Loaholu, Simon Kiri, untuk merawat,  membesarkan dan menyekolahkan kelima bersaudara ini.

 

Dalam perjalanan waktu, kemudian keempat saudara Paulus Henukh, berpindah asuh ke salah seorang adik perempuan ayah, (tante), bernama Lodia Henukh di Metina Ba’a Kecamatan Lobalain. Sementara, dia tetap mengampu bersama Simon Kiri.

 

Beberapa saat lamanya, guru Simon Kiri karena berpindah tugas ke daerah Busalangga Kecamatan Rote Barat Laut maka figur yang dikenal sangat kritis dan paling merakyat ini, pindah mengampu bersama E. Y. Malelak, (almarhum), hingga tamat SD dengan prestasi terbaik dan sangat membanggakan.

 

Usai tamat SD, lalu Bung Paul, melanjutkan ke SMP Negeri 1 Oelua Kecamatan Loaholu dan mengampu dengan seorang gurunya, bernama Sam Samadara hingga tamat SMP dengan prestasi terbaik pula.

 

Dari situ, kemudian tokoh politisi muda Rote Ndao tersebut, melanjutkan pendidikan ke SMA Negeri 1 Baa, (red=waktu itu), dan mengampu di rumah salah satu keponakannya dari garis keturunan ibu, bernama Arkhimes Molle, SH, MH, kini menjabat Ketua Partai Perindo Rote Ndao, sekaligus Calon Anggota DPRD Provinsi NTT Daerah Pemilihan II, meliputi Kabupaten Rote Ndao, Sabu Raijua dan Kabupaten Kupang.

 

Bersekolah pada sekolah ini, karena kegigihan belajar maka setiap penerimaan rapor termasuk salah satu anak berprestasi. Sehingga dalam menuntut ilmu pada sekolah itu memperoleh beasiswa.

Baca Juga :  Prabowo Resmikan Kantor DPD Gerindra di Banten

 

Yang lebih membanggakan, pada saat mendengar ujian nasional, Bung Paul, ternyata menunjukan kepada semua orang, bahwa seorang anak yatim piatu dapat mengukir prestasi yang tidak hanya membanggakan keluarga tapi juga bagi sekolah.

 

Hal itu, membuat Kepala Sekolah, Marthen Luther Henukh, yang biasa disapa ML, (almarhum), kala itu memiliki keinginan mengirim anak asuhannya ke tangan orang yang tepat di Jakarta untuk bersekolah ke jenjang lebih tinggi guna meraih cita citanya.

 

Akhirnya. atas kesepakatan bersama keluarga, lalu ML, (almarhum), mengirim mantan advokad Metro Politan ini ke Jakarta, mengampu dengan kakak sulung ML, (almarhum), bernama, Yohanes Henukh, saat ini menjabat Rektor Sekolah Tinggi Theologia, (STT), Pokok Anggur Jakarta.

 

Karena Bung Paul yang belum tahu persis keberadaan Jakarta dan siapa sosok Yohanes Henukh, yang hendak menjemput dia di Pelabuhan Tanjung Periuk maka agar tidak nyasar di daerah Ibukota Indonesia itu, ML, (almarhum), menyarankan dan mengarahkan supaya saat kapal berlabuh, Bung Paul harus mengalungkan selendang Rote di bagian leher dan mengenakan Ti’i Langga di kepalanya.

 

Saran dan arahan tersebut ternyata manjur, Yohanes Henukh yang menjemput pun tidak salah mengenali Bung Paul.

 

Kemudian, dalam asuhan kakak sulung ML, (almarhum), Bung Paul kemudian di sekolahkan pada salah satu sekolah hukum terbaik dan ternama di Jakarta, yakni Sekolah Tinggi Hukum Indonesia, (STHI).

 

Menariknya. selama bersekolah Bung Paul, membiayai diri sendiri dengan mendapatkan sumber dana dari membantu mengerjakan tugas perkuliahan teman-temannya.

 

Tak terasa. Bung Paul dapat menyelesaikan pendidikan Strata S1 pada bidang hukum dengan prestasi terbaik dan lalu bekerja sebagai advokad pada Kantor salah seorang pengacara ternama di Indonesia bernama, O. C. Kaligis, dan direkomondasi sebagai lower pada salah satu perusahaan ternama.

 

Sementara berkiprah sebagai lower, berkat Tuhan terus menghampiri, dia  dipercaya lagi oleh perusahaan tersebut untuk menjabat Kepala Personalia Perusahaan hingga kini sebagai direktur.

 

Sedikit menoreh ke belakang, ketika tamat SMA dan hendak berangkat ke Jakarta, sebelumnya. Bung Paul bersama Arkhimes Molle, SH, MA. (red =keponakan), ternyata memiliki komitmen bersama, bahwa kalau sudah selesai kuliah maka kembali untuk membangun daerah asal mereka.

 

Komitmen ini terus baru terlaksana ketika, Arkhimes Molle, SH, MA, dipercaya memimpin Partai Perindo Kabupaten Rote Ndao.

Baca Juga :  Jokowi Minta ASEAN Tangani Masalah Muslim Rohingya di Rakhine State

 

Kehadiran Bung Paul di daerah asalnya ternyata tidak bertepuk sebelah tangan, melainkan mendatangkan berkat tersendiri, dalam.pemilu legislatif Tahun 2019 lalu, akhirnya terpilih dan dilantik sebagai anggota DPRD setempat dari Fraksi Partai Perindo Rote Ndao.

 

Selanjutnya, karena Perindo termasuk partai perolehan suara terbanyak maka atas perintah aturan Bung Paul lalu  menduduki jabatan salah satu Wakil Ketua DPRD Rote Ndao.

 

Disetiap kesempatan forum aspirasi DPRD, Bung Paul dikenal sangat kritis, idealis dan prinshil dalam mengawal kepentingan masyarakat.

 

Kiprahnya di panggung politik menjadi perhitungan lawan maupun kawan. Sehingga tidak mengherankan bagi publik Rote Ndao, pada sejumlah akun Facebook, twitter, instagram terlihat Bung Paul selalu mendapat uplose dari masyarakat Rote Ndao.

 

Hal ini tentu menjadi pertimbangan politis bagi Partai Perindo setempat untuk mengajukan namanya sebagai kandidat calon Bupati Rote Ndao periode 2024-2029 mendatang.

 

Tapi melangkah ke jenjang ini tentu tidak segampang seperti yang dipikirkan masyarakat awam.

 

Tentu selain elektabilitas, banyak hal yang akan disiapkan, misalnya dukungan politik, moril, material dan mental sebagai seorang pemimpin yang layak diterima oleh semua golongan di Pulau “Seribu Lontar”, tersebut.

 

Melangkah dalam karier dan kesuksesan kini, tidak membuat Bung Paul melupakan orang-orang yang pernah berjasa dalam hidupnya namun apalah daya, mereka telah mendahului menghadap Sang Pemilik Kehidupan.

 

Hanya sebatas doa dan selalu mengenang kenangan bersama, semoga orang-orang baik seperti mereka damai di Sisi Tuhan Yang Maha Kasih.

 

Seperti untaian sebait lagu, bahwa Tuhan Tak Pernah Janji Langit Selalu Biru Tapi Dia Berjanji Selalu Menyertai, nasib dan takdir pun terus berpihak terhadap Paulus Henuk, dengan kapabilitas dan integritas sebagai salah satu wakil pimpinan di lembaga DPRD Rote Ndao, dikenal sangat idealis dan pro terhadap hak masyarakat kecil “melahirkan”, simpatik dan kecintaan dari semua golongan.

 

Mereka meminta dan mendorong Om Paul untuk maju dan bertarung di Pilkada Rote Ndao Periode 2024-2029, dan tanpa mencederai amanat rakyat, figur politisi muda asal Nusak Dengka ini pun menyatakan sikap siap maju dan bertarung dengan mendaftarkan diri sebagai salah satu Bakal Calon, (Balon), Bupati Rote Ndao di DPC PDI. Perjuangan Kabupaten Rote Ndao, pada Kamis, (25/04/2024), Pukul 16.00 wita. *

 

 

  • Bagikan